Mjnews.id – Melalui pokok pikiran (Pokir) Ketua DPRD Sumbar, Supardi, Dinas Kebudayaan gelar diskusi internasional Hasil Riset dan FGD tentang cagar budaya dan situs menhir di Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota.
Bertempat di Agam Jua Cafe & Art Culture Kota Payakumbuh, diskusi menghadirkan dua orang pemateri, masing-masing Prof. DR Satoru Miwa dari Jepang, dan Hilmar Farid dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar, Selasa 16 Juli 2024.
Dengan moderator sekaligus penterjemah Masni Fanshuri, narasumber dari Jepang itu memaparkan pengalamannya selama bekerja di Kamboja dalam hal penelitian dan restorasi arsitektur.
“Proyek utama yang saya kerjakan di Kamboja, antara lain memberikan kuliah tentang seni rupa, riset dan penelitian arkeologi, pendidikan warisan kebudayaan, bidang konservasi, dan proyek restorasi jalan dengan beberapa tahapan,” kata doktor berlatar insinyur sipil itu.
Prof. Satoru juga menceritakan bahwa di Kamboja itu banyak candi. Bagaimana memugar candi-candi yang rusak, ia turut dalam tim bersama orang Prancis yang melaksanakan dan tak lupa ia sampaikan pula tentang situs daerah Angkor Wate yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
“Situs ini sudah berstatus sebagai warisan dunia, sama dengan Candi Borobudur. Pengunjung luar negeri yang datang ke sini dipungut uang masuk 20 dolar AS. Kalau warga Kamboja tidak dipungut,” sebut Satoru menambahkan.
“Pemerintah di Kerajaan Kamboja itu selalu memberikan pencerahan dan pelajaran kepada masyarakat setempat, apa itu warisan dunia dengan situs-situs kebudayaannya. Saran saya ke pemerintah di sini dan masyarakat Nagari Maek, situs-situs yang ada di sana coba dipahami dulu secara komprehensif,” ucapnya.
Ilmuwan Jepang ini juga menginformasikan, bahwa di dunia ini terdapat 1.999 situs warisan dunia, 10 situs diantaranya terdapat di Indonesia, Candi Borobudur salah satunya.
“Kita harus perjuangkan bagaimana situs di Maek ini juga menjadi warisan dunia,” sebut Satoru.