Opini

Kasus Bunuh Diri Menjadi Tren di Kalangan Mahasiswa?

1127
Azka Amalina
Azka Amalina.

Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang dikejutkan atas maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa. Menurut Data Pusat Informasi Criminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023 telah tercatat 971 kasus bunuh diri.

Oleh: Azka Amalina

Mjnews.id – Kasus bunuh diri merupakan salah satu isu yang mengkhawatirkan di Indonesia. Terbukti dengan meningkatnya kasus bunuh diri sebanyak 31,7 persen atau 640 kasus lebih tinggi daripada tahun sebelumnya.

Bunuh diri adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja mengakhiri hidupnya sendiri dan paling sering terjadi diakibatkan oleh adanya tekanan, depresi atau penyakit mental.

Sekarang bunuh diri telah menjadi tren di kalangan berbagai kelompok usia, salah satu kelompok yang terkena dampak paling signifikan dari tren bunuh diri adalah kalangan mahasiswa. Beban akademik yang berat sampai tekanan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus yang baru menjadi faktor yang sangat mengkhawatirkan.

Pada Oktober 2023, ada dua kasus bunuh diri mahasiswa yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial. Pertama kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswi Unnes berinisial NJW (20) yang ditemukan tewas di Mall Paragon Semarang, Jawa Tengah pada Selasa (10/10/2023). Pihak kepolisian menemukan sepucuk surat dengan tulisan tangan yang ditemukan bersamaan dengan tas di lokasi kejadian. dalam surat itu korban meminta maaf kepada ibunya karena tidak sekuat yang ibunya harapkan, serta telah mempersiapkan hadiah ulangtahun untuk ibunya.

“Mah, maaf karena tidak bisa sekuat yang kau harap. Aku punya kado ulangtahun untuk, dikirim ke kosan H (teman korban). Aku harap aku bisa mengantarkannya sendiri kepadamu, maaf,” isi surat itu.

Adapun kalimat terakhir dari surat korban mengungkapkan rasa sayangnya serta meminta doa yang ditutup dengan permintaan maaf dari korban. “Maaf jika selama ini selalu membuatmu sedih. Aku mencintaimu, selalu. Jangan lupa berdoa buat aku ya, sekali lagi maaf Mih, aku nyerah,” ujarnya.

Kejadian kedua terjadi pada mahasiswi yang baru menempuh semester pertama yang berinisial SM (19), asal Way Halim, Bandar Lampung. korban melompat dari lantai 4 asramanya dan ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan kondisi telungkup. Diketahui korban sedang menempuh studinya di salah satu perguruan swasta di Bantul, Yogyakarta.

Ternyata korban sempat melakukan percobaan bunuh diri dengan minum 20 butir obat sakit kepala sambil berteriak dan mengatakan ia ingin mengakhiri hidupnya. Namun, percobaan bunuh diri itu gagal karena korban dibawa ke rumah sakit. Setelah pulang ke asrama, korban melakukan percobaan bunuh diri dengan lompat dari asrama.

Percobaan bunuh diri yang menimpa banyak mahasiswa terjadi di Jawa, terlebih di Provinsi Jawa Tengah dengan 356 kasus. Tidak hanya di Indonesia, Korea Selatan juga menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi. Persaingan yang ketat dalam dunia Pendidikan membuat banyak pelajar di Korea lebih memilih mengakhiri hidupnya.

Menurut Psikolog Peter Gray, tren bunuh diri yang banyak terjadi di kalangan muda tidak selalu terkait dengan media sosial, melainkan tuntutan yang kurang realistis untuk berprestasi di sekolah. Gray menggunakan data yang menunjukkan bahwa lebih banyak remaja yang berpikir bunuh diri selama masa sekolah, ketimbang pada masa liburan.

Rasa stres dan kecemasan yang dirasakan oleh anak-anak usia sekolah bisa berlebihan. Padahal, anak-anak usia sekolah hingga kuliah, membutuhkan lebih banyak waktu bermain, mengembangkan bakat-bakat, tanpa terus diatur oleh orang tua. Tak ada yang salah untuk menetapkan target akademik, namun setelah sekolah usai, umumnya anak-anak masih harus les atau latihan yang berkaitan dengan pelajar sekolah.

Dalam banyaknya kasus bunuh diri yang dihadapi oleh mahasiswa bisa terjadi karena banyak faktor. Permasalahan dengan orangtua, hubungan akademis, hubungan percintaan, hingga gangguan kesehatan mental.

Menurut Joiner (2005), seseorang akan melakukan tindakan bunuh diri jika memiliki 3 komponen yakni: kemampuan untuk melakukan tindakan menyakiti diri, perasaan bahwa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan merasa kesepian dan individu tidak dapat menyatu dengan nilai kelompok atau hubungan tertentu.

Faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri adalah pengaruh media. Menurut teori social learning Bandura bahwa bunuh diri juga dapat menular karena sebagian besar perilaku manusia adalah belajar meniru dan media menyiarkan berita mengenai cara seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Meniru tindakan bunuh diri disebut dengan wherter effect. Seseorang akan berpotensi melakukan hal yang sama Ketika ia melihat selebriti ataupun tokoh politik yang ia kagumi melakukan tindakan bunuh diri.

Dalam teori tersebut bisa disimpulkan karena banyaknya kasus bunuh diri yang disiarkan di media akan mempengaruhi orang-orang yang mengalami Kesehatan mental untuk melakukan hal yang sama. Sehingga menjadi sebuah tren yang tidak baik untuk masyarakat Indonesia.

Pemerintah dan institusi pendidikan harus segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tren bunuh diri ini. Penting untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang kesehatan mental di kalangan masyarakat, termasuk di lingkungan kampus. Program-program pendidikan tentang kesehatan mental dan deteksi dini perlu diperkenalkan dan diimplementasikan secara menyeluruh.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan mental. Perguruan tinggi harus menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis yang mudah diakses bagi mahasiswa. Kerja sama dengan lembaga kesehatan mental juga harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa bantuan profesional tersedia bagi mereka yang membutuhkannya.

Tidak hanya tugas pemerintah dan institusi pendidikan, tetapi peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam mengatasi tren bunuh diri ini. Dukungan emosional, komunikasi terbuka, dan sensitivitas terhadap masalah mental dapat menjadi langkah awal untuk mencegah kasus bunuh diri.

Kita harus menyadari bahwa bunuh diri bukanlah solusi atas masalah yang sedang dihadapi. Meningkatkan kesadaran, mendukung mereka yang sedang mengalami krisis, dan mencari bantuan profesional adalah langkah yang perlu kita ambil sebagai masyarakat. Bersama-sama, kita dapat mengatasi tren bunuh diri yang mengkhawatirkan di Indonesia dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental bagi semua orang.

Penulis, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang

(***)

Exit mobile version