Kapolda Sumbar Tinjau Posko Pengungsian Korban Gempa Pasbar. (humas) |
Pasaman Barat, Mjnews.id – Kapolda Sumatera Barat (Sumbar), Irjen Pol Teddy Minahasa P, SH. S.Ik. MH didampingi beberapa Pejabat Utama meninjau posko pengungsian masyarakat yang terdampak akibat gempa bumi di Kabupaten Pasaman Barat, Minggu (27/2/2022).
Kunjungan Kapolda ke salah satu posko pengungsian Polri tepatnya di lapangan depan MAN 4 Pasaman Barat, Limpato, Nagari Talu Kecamatan Talamau.
Saat kunjungan tersebut, Kapolda Sumbar bersama rombongan disambut Kapolres Pasaman Barat AKBP M. Aries Purwanto, S.Ik. MM, Wakapolres serta Pejabat Utama Polres Pasaman Barat.
Saat kunjungan tersebut, Irjen Pol Teddy Minahasa mengatakan, pihaknya menurunkan sejumlah personel untuk membantu pengamanan dan pelayanan kepada masyarakat yang terdampak akibat gempa.
“Ada sekitar 1.529 personel gabungan TNI, Polri, kemudian dari Basarnas, BPBD, kemudian relawan dan sebagainya,” ucap Irjen Pol Teddy Minahasa.
Ia menyampaikan, bahwa Polda Sumbar mengirimkan bantuan berupa sembako dan kebutuhan untuk masyarakat sebanyak 6 unit truk yang dilepas di Polda Sumbar tadi pagi.
“Kemarin dari 17 Polres di luar Polres yang terkena gempa itu juga saya wajibkan untuk membantu. Dan ini akan saya gulirkan terus,” ujarnya.
Kapolda menambahkan, selain dari pihak Kepolisian Polda Sumbar dan Polres sejajaran, bantuan juga berdatangan dari pemerintah Kabupaten dan Kota.
“Tadi beberapa Bupati selain di Pasaman Barat dan Pasaman juga datang mengirimkan bantuan. Alhamdulillah respon dari berbagai pihak tanpa diminta dan dishare mereka datang mengirimkan bantuannya,” pungkasnya.
Selain meninjau, Kapolda Sumbar melalui Kapolres Pasaman Barat menyalurkan bantuan untuk warga yang mengungsi.
Tim Trauma Healing Sudah Mulai Berjalan
Kapolda Sumbar memastikan untuk tim trauma healing sudah berjalan dalam membantu penanganan masyarakat pasca gempa di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman.
“Tim trauma healing sedang berjalan, dengan skala prioritas barangkali untuk sasaran anak-anak dulu,” ucapnya.
Untuk secara umum katanya, belum bisa dilakukan secara kolektif. Hal ini dikarenakan fasilitas yang ada cukup terbatas, seperti tenda-tenda pengungsian yang masih tenda darurat.
“Sedangkan untuk trauma healing harus di tempat-tempat yang layak, yang membuat suasana psikologi nyaman,” ujarnya.
(***)