Mjnews.id – Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, sedang gencarnya mengantisipasi tingginya jumlah penderita penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes mellitus (DM) dan hipertensi. Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menargetkan skrining kesehatan bagi 1,6 juta jiwa pada tahun 2024.
Dalam periode Januari hingga Juni 2024, Dinkes telah berhasil menyaring sekitar 480 ribu jiwa atau 30 persen dari total target. Skrining ini mencakup sembilan jenis PTM, termasuk diabetes, hipertensi, stroke, penyakit jantung, kanker serviks, kanker payudara, obesitas, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), serta gangguan pada indera mata dan telinga.
Sub Koordinator Penyakit Tidak Menular Dinkes Kabupaten Malang, Paulus Gatot Kushariyanto pada Kamis 14 November 2024, menjelaskan bahwa skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini faktor risiko PTM, terutama diabetes dan hipertensi yang dapat menyebabkan komplikasi lebih serius.
Ia menambahkan, skrining ini diperuntukkan bagi penduduk berusia 15 tahun ke atas hingga lansia, dan diharapkan dapat mencakup 100 persen dari populasi yang ditargetkan.
Gatot juga mengungkapkan, pada pertengahan 2024, sekitar 162.240 jiwa atau 10,14 persen dari populasi penduduk usia produktif dan lansia diperkirakan menderita hipertensi. Dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen atau 97.344 orang telah terdeteksi melalui skrining. Sedangkan untuk diabetes, diperkirakan sekitar 28.800 orang atau 1,8 persen dari populasi yang sama mengalami penyakit tersebut.
Skrining dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk Pos Binaan Terpadu (Posbindu) di tingkat desa, puskesmas, dan rumah sakit. Kader Posbindu telah dilatih oleh Dinkes untuk melakukan pemeriksaan gula darah, kolesterol, tensi darah, dan pemeriksaan dasar lainnya.
Namun, ada tantangan dalam pelaksanaan skrining ini, yaitu mayoritas peserta yang terlibat didominasi oleh ibu-ibu dan lansia. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar penduduk usia produktif yang lebih memilih untuk bekerja. Untuk itu, Dinkes berinisiatif mengadakan skrining di kantor-kantor, perusahaan, dan pabrik sebagai solusi “jemput bola”.
Gatot menambahkan bahwa skrining tidak hanya berhenti pada pendataan. Jika ditemukan peserta yang berisiko tinggi, seperti kemungkinan stroke, mereka akan segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
“Dengan langkah ini, Pemkab Malang berharap dapat mengurangi angka penderita PTM dan mencegah komplikasi yang lebih berbahaya bagi kesehatan masyarakat,” harap Gatot.
(Rmn)