Jawa TimurParlemenPendidikan

LaNyalla Ajak Semua Pihak Bangun Konsensus Kebangsaan Kembali ke Pancasila

320
×

LaNyalla Ajak Semua Pihak Bangun Konsensus Kebangsaan Kembali ke Pancasila

Sebarkan artikel ini
Lanyalla-Beri-Kuliah-Umum-Di-Ppns
LaNyalla saat memberikan Kuliah Umum Wawasan Kebangsaan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Jumat (23/12/2022). (f/dpd)

Sedangkan sistem ekonomi Pancasila, memberi ruang dan posisi yang kuat kepada negara untuk menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Serta menguasai cabang produksi penting bagi hajat hidup orang banyak.

“Dalam sistem ini negara benar-benar menggunakan kekayaan alam Indonesia yang merupakan anugerah dari Allah SWT untuk kepentingan cita-cita dan tujuan dari lahirnya negara ini, yaitu kemakmuran rakyat. Bukan diberikan ke orang per orang,” tukas pria asal Bugis yang besar di Surabaya itu.

ADVERTISEMENT

Banner Pemkab Muba

Ditegaskan olehnya, sistem itulah rumusan para pendiri bangsa Indonesia yang sudah ditinggalkan. Bangsa ini telah menjadi bangsa lain. Bukan lagi bangsa yang dicita-citakan para pendiri bangsa.

“Makanya sering saya sebut bahwa kita sebagai bangsa telah durhaka. Karena rumusan para pendiri bangsa yang dituangkan di dalam Naskah Undang-Undang Dasar 1945 yang difinalkan pada tanggal 18 Agustus 1945 kini sudah tidak ada lagi,” ucap dia.

Semua terjadi sejak bangsa ini melakukan amandemen konstitusi pada tahun 1999 hingga 2002 yang lalu. Undang-Undang Dasar hasil perubahan di tahun 2002 itu telah mengganti lebih dari 95 persen pasal-pasal di dalam konstitusi.

Bahkan yang paling parah, tegas dia, perubahan itu telah menghilangkan Pancasila sebagai Norma Hukum Tertinggi. Karena tidak lagi ditemukan penjabarannya dalam pasal-pasal konstitusi hasil perubahan tahun 2002. Justru sebaliknya, isi pasal-pasal itu menjabarkan ideologi lain, yaitu nilai-nilai dari Liberalisme dan Individualisme.

Akibatnya, Indonesia perlahan tapi pasti berubah menjadi negara yang menggunakan sistem demokrasi liberal. Sehingga semakin kental dengan sekularisme dan individualisme serta ekonomi yang berwatak kapitalistik.

“Ini adalah paradoksal terbesar dalam ketatanegaraan Indonesia. Kita sebagai bangsa telah terjerembab sangat jauh dalam globalisasi yang predatorik. Sehingga yang terjadi semakin hari, oligarki ekonomi semakin membesar dan menguasai apa saja. Termasuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak,” ujarnya.

Kami Hadir di Google News

ADVERTISEMENT