Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti hadiri acara di Keraton Surakarta, Jawa Tengah. (dpd) |
SURAKARTA, Mjnews.id – Demi menjadi bangsa lain dan demi menjadi bangsa yang dianggap Demokratis dalam ukuran kaca mata Barat, bangsa ini meninggalkan nilai-nilai luhur yang merupakan Mutiara Nusantara, yakni Pancasila.
Demikian dikatakan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, di hadapan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIII pada acara Tingalandalem Jumenengan SISKS Pakoe Boewono XIII ke-18 di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Minggu (27/2/2022).
“Mengapa saya katakan hal ini? Karena sejak tanggal 13 November 1998, melalui Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998, MPR telah mencabut Ketetapan tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4,” urainya.
Saat itu, ungkap LaNyalla, dikatakan, alasan pencabutan Ketetapan MPR tentang P4 itu adalah karena materi muatan dan pelaksanaannya sudah tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara.
“Jadi sejak November 1998, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara,” tukas Senator dari Jawa Timur ini.
“Demi apa semua itu dilakukan? Jawabnya demi menjadi bangsa lain. Demi menjadi bangsa yang dianggap Demokratis dalam ukuran kaca mata Barat,” imbuhnya.
Padahal bangsa ini adalah bangsa yang besar. Karena bangsa ini dilahirkan oleh sebuah peradaban yang unggul dan tercatat dalam sejarah dunia. Yaitu peradaban Kerajaan dan Kesultanan Nusantara.
Karena keberadaan Kerajaan Nusantara inilah yang melahirkan Tradisi Pemerintahan, Tradisi Penulisan, Tradisi Pendidikan, Tradisi Pengobatan, hingga Tradisi Kemiliteran, baik di darat maupun di laut. Termasuk mewariskan nilai-nilai adi luhung.
“Dan Indonesia sebagai bangsa yang besar, sudah seharusnya dapat menghargai sejarah peradabannya. Karena hanya bangsa yang besar yang dapat menghargai dan menghormati sejarah peradabannya,” paparnya.
Dikatakan LaNyalla, benar apa yang dikatakan sejumlah tokoh dunia, bahwa untuk menghancurkan sebuah negara, tidak harus dengan pasukan militer. Tetapi cukup dengan menjauhkan warga bangsa tersebut dengan Ideologi bangsanya.
“Karena ketahanan generasi sebuah bangsa tidak bisa hanya diperkuat dengan Subsidi dan Bantuan Sosial, tetapi harus diperkuat dengan Ideologi bangsanya,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu,Ketua DPD RI didampingi Senator asal Jawa Tengah Bambang Sutrisno, Sekjen DPD RI Rahman Hadi, Kepala Biro Umum DPD RI Empi Muslion dan Ketua Pokja Kerajaan Nusantara Yurisman Star.
Hadir pula Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIII berserta permaisuri Gusti Kanjeng Ratu, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Wiranto, Pengurus KADIN Indonesia, Wiweko Adi Nugroho, PYM Addatuang Sidenreng XXV HA Faisal Andi Sapada dan sejumlah tamu undangan lainnya.
(rls/dpd)