EkonomiSumatera Barat

Prof. Musliar Kasim: Pemerintah Harus Proteksi Masuknya Barang Impor Komoditi Bahan Pangan

87
×

Prof. Musliar Kasim: Pemerintah Harus Proteksi Masuknya Barang Impor Komoditi Bahan Pangan

Sebarkan artikel ini
Musliar Kasim
Guru Besar Agronomi Universitas Andalas Padang, Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS. (obral)

Padang, Mjnews.id – Berkaca dari jebolan perguruan tinggi dengan ilmu pertanian nyaris belum banyak yang terjun langsung buka usaha sektor pertanian di Sumatera Barat (Sumbar), Guru Besar Agronomi Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS mengatakan bahwa dari pemerintah kita belum ada jaminan disaat hasil produksi melimpah pemerintah bisa mengendalikan harga komoditi bahan pangan supaya petani tidak terpuruk penghasilannya ketika hasil produksi melimpah. 
“Sebenarnya tugas pemerintah seyogianya dapat mengendalikan hasil produksi saat melimpah dengan mengolah komoditi itu supaya bisa digunakan untuk jangka panjang, misalnya hasil produksi cabai melimpah-cabai bisa dikeringkan dan diolah menjadi tepung sambal dan dapat dipergunakan oleh konsumen buat kebutuhan dapur,” harapnya, Jumat 4 Februari 2022.
“Jadi, pemerintah solusi seperti ini seyogianya dapat memotivasi para petani muda yang jebolan dari perguruan tinggi dengan ilmu pertanian,” imbuhnya.
“Dengan cara ini maka para jebolan dari perguruan tinggi pertanian akan tumbuh melenial muda kreatif dengan hasil komoditi pertanian,” ulasnya lagi. 
“Kita di Sumbar dengan usaha pertanian belum diperlukan lagi model pertanian modernisasi, karena kita masih memiliki lahan yang lumayan luas. Sebab, sistim modernisasi pertanian membutuhkan biaya besar seperti beli plastik sebagai indor guna memelihara tanaman. Sistim pertanian seperti ini di negeri yang sulit untuk memperoleh lahan tempat bercocok tanam,” katanya. 
Prof. Musliar Kasim, masih menilai bagus sistem pertanian di Indonesia termasuk di Sumbar. 
Prof. Musliar Kasim menyebutkan bahwa komoditi dari hasil pertanian daerah Sumbar termasuk andalan buat kebutuhan bagi daerah provinsi tetangga. 
Lanjutnya, sebenarnya ilmu pertanian itu standar-standar saja. Apa ilmu pertanian di Amerika misalnya, pada perguruan tinggi kita juga diajarkan.
“Sekarang melenial muda kita sudah tumbuh jiwa wirausaha untuk mengolah bahan mentah menjadi komoditi siap saji. Contohnya, dulu mengirim kopi keluar negeri masih dalam bentuk biji kopi, tetapi sekarang telah diolah menjadi barang dalam bentuk kemasan barang jadi atau kopi shop,” paparnya. 
Sekaitan dengan hal ini, bahwa generasi muda kurang meminati di bidang usaha pertanian karena generasi muda masih berkutat dengan usaha yang wah dan terkesan lebih mewah seperti usaha otomotif serta usaha produk digitalisasi, baik perdagangan dan masih tingginya minat generasi muda dari jebolan perguruan tinggi bidang pertanian, dan masih berkeinginan besar menjadi pegawai serta berharap digaji oleh pemerintah. 
Sedangkan lahan pertanian di Sumbar masih banyak tercatat sebagai areal pertanian terlantar dan tak diolah oleh pemiliknya. 
Dengan demikian, sebenarnya peluang akan lahan pertanian di Sumbar masih terbuka lebar. Karena model tak selalu dengan luas areal tetapi pertanian dengan sistim inang sari dan tumpang sari pun juga masih menguntungkan jika diolah dengan semestinya. 
Tentang fenomena ini, Prof. Musliar Kasim tidak menepis pandangan demikian. 
“Jika kita mengutip pernyataan pengusaha sukses Bob Sadino, selagi orang hidup tetap saja membutuhkan dari hasil produksi pertanian. Termasuk buat kebutuhan pakaian yang berbahan kapas terlebih dahulu ditanam murbainya baru kita dapat menghasilkan kapas dan begitu juga kain sutra, misalnya demikian,” kata guru besar agronomi ini Prof. Musliar Kasim sebagai mantan Rektor Unand Padang sebelum pernah menduduki posisi sebagai Wamendikbud RI di masa mantan Presiden RI SBY. 
Dicontohkannya, seperti di Negara Malaysia, sistem pemerintahan yang cukup berkembang untuk mensupport para petaninya. 
“Di Malaysia itu petani yang memproduksi padi sampai 1 ton petani dihargai dengan support buat petani dari insentif pemerintahnya setara 100 ringgit, jika 4 ton produksi petani dikasih insentif 400 ringgit, dan di atas rata-rata nasional hasil produksi petani dihargai dengan insentif 1 ton saja diatas rata-rata nasional setara dengan 250 ringgit,” sambung Prof. Musliar Kasim.
“Seperti itu pemerintah di sana untuk menumbuhkan gairah petani. Karena petani adalah ‘pahlawan’, sebagai penyedia dari hasil produk untuk kebutuhan bahan pangan nasional,” ajak Prof. Musliar Kasim yang sekarang memimpin sebagai Rektor Universitas Baiturrahmah (Unbrah) yang berkampus di Jalan Raya Baypass Kota Padang. 
“Masih sekaitan ini juga, pemerintah harus pula memproteksi masuknya barang komoditi inport bahan pangan utamanya beras dari negara asing. Terkadang harga beras inport lebih murah dari beras nasional kita. Tujuannya, supaya hasil komoditi pertanian produksi dari petani kita bisa terlindungi dari spekulan harga di pasaran,” pintanya mengingatkan pemerintah RI. 
Prof. Musliar Kasim mengatakan bahwa para petani muda di Sumbar telah tumbuh mengolah hasil produksi pertanian organik ini, harga produknya lebih mahal. 
“Ilmu petani muda kita pun sudah bisa memproduksi pupuk organik,” pungkasnya.
(Obral Caniago)

Kami Hadir di Google News

ADVERTISEMENT