Opini

Fenomena Tabu Perokok Perempuan di Kalangan Masyarakat

218
×

Fenomena Tabu Perokok Perempuan di Kalangan Masyarakat

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Perokok Perempuan
Ilustrasi.

Oleh: Tasya Ahsana Tafsira
Mjnews.id – Masyarakat Indonesia sangat familiar dengan rokok. Baik itu sebagai tradisi ataupun kebiasaan hidup. Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas atau daun. Tingkat perokok di Indonesia kini kian meningkat sekitar 60 juta dan 2,1 juta diantaranya adalah perekok perempuan (berdasarkan Disperkimta). Tentu dengan tingginya jumlah wanita perokok saat ini menggeser steorotip maskulinitas terhadap rokok.
Merokok dapat dikatakan sebagai aktivitas yang merugikan kesehatan individu, keluarga, ataupun lingkungan sekitar. Baik itu secara langsung maupun tidak. Bagi sebagian orang memang hal ini biasa, bahkan hal ini menjadi faktor yang positif baginya dan menganggap bahwa rokok merupakan kebutuhan primer hidupnya dalam menunjang sebuah pekerjaan dan dapat melakukan segala tindakan produktif hanya dengan menggunakan sebatang rokok. Namun juga ada yang faktor lain dari seseorang ingin merokok seperti ingin terlihat trendi di hadapan teman dan orang-orang sekitarnya.
Risiko dari setiap kandungan rokok antara lain Tar yang menyebabkan kanker dan penyakit paru-paru, Nikotin yang menyebabkan kecanduan sehingga tingginya tekanan darah, detak jantung dan penyempitan arteri bagi sang perokok, kemudian karbon monoksida yang menyebabkan fungsi otot dan jantung menurun sehingga perokok gampang merasa lelah, lemas dan pusing. Selain itu, kampanye mengenai bahaya rokok pun sering dilakukan baik itu dari instansi maupun dari perusahaan rokoknya itu sendiri, seperti menampilkan penyakit yang diderita oleh perokok aktif pada setiap kemasan rokok yang didistribusikan.
Selain itu seorang perokok akan menyebabkan polusi udara karena rokok merupakan tembakau yang dibakar dan tentunya akan menimbulkan residu-residu berbahaya bagi orang sekitarnya jika mereka juga sering menghirup residu-residu tersebut Melihat bahaya kandungan rokok diatas, sudah selayaknya kebiasaan merokok dikurangi ataupun dihentikan.
Steorotip maskulinitas yang ada pada rokok membuat perokok perempuan tabu di kalangan masyarakat. Fenomena ini menjadi perdebatan di kalangan masyarakat, karena stigma yang menganggap perbuatan ini tidak lazim dan tidak pantas. Bahkan tidak jarang perempuan merokok dicap buruk oleh masyarakat. Karena selama ini selain lambang maskulinitas yang melekat pada rokok juga tak jarang dikaitkan dengan perempuan nakal.
Pandangan masyarakat yang menyatakan perempuan yang merokok merupakan tidak lazim dan tidak pantas. Maka tidak jarang hal ini menyebabkan perempuan perokok mendapat diskriminasi di lingkungan seperti perundungan yang dilakukan berupa tindakan yang mendeskreditkan perempuan perokok tersebut.
Faktor yang mendasari seorang perempuan merokok sangat beragam. Mulai dari terpengaruh dari lingkungan, karena lingkungan adalah salah satu factor terbesar yang mendasari seorang perempuan perokok menganggap merokok merupakan sebuah gaya hidup hasil dari modernitas saat ini. Sehingga banyak perempuan yang sebelumnya tidak pernah bahkan tidak ingin mengonsumsi rokok menjadi perokok aktif. Yang awalnya menjadi perokok pasif kemudian penasaran akan rokok, dan sehingga menjadi seorang perokok aktif. Dan tak jarang pula mencoba untuk merokok karena memandang seseorang yang merokok merupakan orang yang keren.
Selain itu kebanyakan dari perempuan perokok menjadi perokok aktif dikarenakan stress dan gelisah dalam menghadapi sebuah permasalahan. Karena seperti kita tahu nikotin memberikan efek relaksasi sementara secara langsung. Hal ini tentunya dianggap berguna bagi sebagian besar perokok. Dimana zat nikotin akan meningkatkan dopamin dalam tubuh, sebuah senyawa yang menimbulkan rasa relaksasi dalam tubuh.
Seperti kita tahu, perempuan lebih sering mengendalikan sebuah rasa sehingga membuat seorang perempuan akan mudah untuk dilanda oleh depresi dan gelisah dalam menghadapi sebuah masalah. Rokok merupakan pilihan pertama bagi perempuan perokok dalam mengalihkan kegelisahan yang dialaminya. Karena nikotin yang secara cepat memberikan efek relaksasi bagi seorang perokok.
Meskipun rokok memiliki resiko berbahaya bagi kesehatan tubuh dalam jangka panjang, namun para perokok perempuan beralasan bahwa merokok lebih baik dibandingkan tindakan-tindakan yang nekat, seperti menganggu orang lain bahkan melukai diri sendiri seperti tindakan cutting atau menyayat kulit sebagai salah satu fenomena pelampiasan depresi yang sekarang merebak di kalangan muda yang tentunya akan menyakitkan secara langsung bagi tubuh seseorang ketika ia ingin melampiaskan emosi dan stressnya tersebut. Dan dengan merokok perempuan perokok akan melepaskan segala stress dan depresi yang ia alami dengan menghisap batang rokok yang mengandung nikotin yang memiliki efek penenang sementara.
Beberapa Perokok perempuan dan mereka masih sering mendapatkan pandangan negatif dari masyarakat umum ketika mereka merokok di ruang publik dan rata-rata perempuan perokok saat ini tidak terlalu memikirkan pandangan orang lain terhadap dirinya dan menganggap bahwa seseorang tidak dapat menilai orang lain dengan sebatang rokok yang dinikmatinya. Bahkan masih banyak yang menganggap bahwa banyak perempuan perokok merupakan salah satu bagian dari modernitas karena menggeser stereotip maskulinitas pada rokok.
Meskipun seakan tidak peduli akan pendapat masyarakat umum tentang perempuan perokok. Para perokok perempuan ini juga memahami resiko rokok bagi kesehatan terutama bagi perempuan. Dan masih memiliki keinginan untuk berhenti merokok karena memikirkan efek kesehatan dalam jangka waktu yang panjang.
Namun seiring dengan berkembangnya waktu, dan juga mulai banyak perempuan yang merokok di ruang publik. Pandangan masyarakat terhadap seorang perempuan perokok tidak semasif dulu. Perempuan perokok saat ini tidak lagi menjadi pusat perhatian karena semakin lama masyarakat yang sudah sering bertemu seorang perempuan perokok mulai melazimkan perempuan merokok di ruang publik. Ditambah lagi di media sosial saat ini juga berkembang masif dan tidak jarang para perempuan menunjukkan kebiasaan merokoknya di sosial media. Sehingga masyarakat saat ini mulai menormalisasikan seorang perempuan perokok dan menganggap apapun yang lakukan seperti perempuan perokok tersebut merupakan jalan hidup yang mereka pilih sendiri.
Penulis, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas, Limau Manis, Padang.
(***)

Kami Hadir di Google News

ADVERTISEMENT