Opini

FoMO Menghantui, Jati Diri Generasi Hilang

212
×

FoMO Menghantui, Jati Diri Generasi Hilang

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial. (f/pexels.com)

Terjerat dalam kehidupan serba online, belakangan remaja dihantui rasa takut tertinggal dalam mengikuti hal tertentu yang sedang tren. Fenomena ini disebut dengan FoMO (Fear of Missing Out).

Oleh: Nur Ainy Rahmadhani

ADVERTISEMENT

Banner Pemkab Muba

Mjnews.id – FoMO sangat akrab dengan kehidupan remaja saat ini. Rasa takut yang muncul, mengantarkan remaja pada keadaan yang memaksa untuk mengikuti segala perkembangan yang tren di media sosial.

Menurut Mulyono (2021), ketika seorang individu mengalami FoMO, secara tidak sadar individu tersebut akan terus-menerus melihat media sosial mereka. Terus-terusan memantau notifikasi handphone yang sebenarnya justru menjadikan mereka sebagai individu yang lalai dengan keadaan sosial yang nyata terjadi di sekitarnya.

Dampak yang terjadi ketika mengalami FoMO sebenarnya sejalan dengan mengapa seseorang bisa mengalami fenomena ini. Menurut Mulyono (2021), FoMO dapat terjadi ketika seseorang terus-terusan terkungkung dalam jerat kehidupan media sosial. Akibatnya akan muncul rasa frustasi, kelelahan mental, merasa dikucilkan di sosial saat tidak ikut serta dalam kegiatan teman-teman di media sosialnya.

Lalu bagaimana sebaiknya generasi Z menyikapi fenomena ini?

Ketahuilah, segala yang berlebihan itu sejatinya tidaklah baik. Ketika intensitas seseorang dalam menggunakan media meningkat dan berlebihan, obsesi dengan keadaan semu di media sosial akan muncul. Terapkanlah hal-hal berikut agar terhindar dari hal demikian:

  1. Tanamkanlah mindset bahwa tidak semua yang ditampilkan di media adalah keadaan nyata sebenarnya. Ketika melihat hal-hal indah bertebaran di media sosia, yang terlihat hanyalah apa yang ingin orang lain perlihatkan. Sebuah kemustahilan ketika orang mau menampilkan hal-hal menyedihkan dalam hidupnya, kecuali untuk ajang mencari perhatian.
  2. Tumbuhkan rasa percaya diri. Satu keyakinan yang harus dipegang adalah kenyataan bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Cintailah apa yang menjadi kekurangan dan kembangkanlah apa yang menjadi kelebihan. Fokus pada diri sendiri lebih baik daripada terus-terusan terpaku dalam pencapaian orang lain yang sejatinya orang lain juga ada kekurangannya.
  3. Kurangi intensitas penggunaan media sosial. Jauhkan apa yang menjadi pemicu munculnya sindrom FoMO adalah pilihan yang tepat. Gunakan media sosial sewajarnya saja, jalanilah kehidupan nyata yang penuh dengan kejutan.

Jangan sampai kehilangan jati diri hanya karena efek negatif konten media sosial. Jadikan perkembangan teknologi sebagai satu hal yang menguntungkan diri pribadi. Hanyut dalam peradaban sungguh sangat menyedihkan.

Penulis, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Departemen Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Andalas

(***)

Kami Hadir di Google News

ADVERTISEMENT