Lalu, Filep menyinggung beberapa contoh rilis kontribusi Tangguh terhadap ekonomi lokal melalui program pemberdayaan masyarakat asli. Ratusan ton produk hasil pertanian dan perikanan dari koperasi dan masyarakat sekitar diserap setiap tahunnya untuk katering Tangguh LNG.
Sampai 2020, disebutkan jumlah serapan produk mencapai 3.400 ton dengan nilai lebih dari Rp 90 milyar. Juga, perihal 30 perusahaan dan pemasok Papua saat ini terlibat dalam rantai pasokan Tangguh LNG, dengan akumulasi nilai kontrak sejak 2006 senilai lebih dari Rp 4 trilliun.
“Pertanyaannya, dengan nilai yang begitu besar, kok tidak ada dampak ekonominya ke Bintuni? Lalu, dari 30 perusahaan itu, adakah perusahaan dari Bintuni? Semua kondisi tersebut seolah diakali laporan keuangan di programnya (WP&B),” kata Filep.
(dpd)