Pembukaan Sidang Tanwir II Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Sabtu 4 September 2021. (ist) |
PADANG, MJNews.ID – Muhammadiyah menyampaikan belasungkawa dan duka mendalam atas meninggalnya 134.356 Warga Negara Indonesia (WNI), hingga 3 September 2021 akibat wabah Covid-19.
Ucapan duka itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, saat memberi sambutan pada pembukaan Sidang Tanwir II Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Sabtu 4 September 2021, secara virtual dan offline.
Anggota tanwir dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Sumatera Barat, mengikuti rapat-rapat tanwir yang berlangsung 4-5 September 2021 secara virtual, dari Gedung Dakwah Muhammadiyah Sumbar di Padang.
“Agenda utama tanwir kali ini adalah membahas rangkaian persiapan Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Solo, Jawa Tengah. Temanya adalah Optimis Hadapi Covid-19 Menuju Sukses Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah,” kata Ketua PWM Sumbar Dr. H. Shofwan Karim Elha, MA.
Delegasi tanwir Sumbar, selain Shofwan, juga diikuti anggota tanwir lainnya di antaranya Solsafad, Abdurrahman, Nurman Agus, Rusydi AM, Adrian Muis, dan Bachtiar. Sedangkan dari PWA adalah Meiliarni Rusli, Delvina, Endrawati, dan Rusmaida Nasution.
Haedar dalam arahannya pada pembukaan tanwir menyatakan, derita para korban dan keluarga terdampak Covid-19 sepanjang tahun duka ini terbilang berat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
“Wafatnya lebih dari 134 ribu penduduk Indonesia dan lebih dari empat juta penduduk dunia akibat Covid-19 adalah musibah luar biasa. Harga satu nyawa itu amatlah mahal dan tak ternilai sama sekali. Para dokter, tenaga kesehatan, relawan, dan berbagai pihak yang terlibat dalam usaha penanganan Covid-19 merasakan beban yang berat. Banyak saudara-saudara sebangsa, terutama di akar-rumput yang terdampak sosial ekonomi dan psikososial dari pandemi ini,” katanya.
Menurutnya, Muhammadiyah mengajak segenap elemen bangsa untuk meningkatkan empati, simpati, peduli, dan sikap kemanusiaan secara luhur, sekaligus senantiasa berikhtiar dan berdoa agar musibah ini segera berakhir. Kepada warga Muhammadiyah, tegasnya, diminta untuk melakukan berbagai pendekatan, sehingga bisa dapat memutus rantai penularan Covid-19 tersebut.
“Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi yang berat ini, secara teologis memandang kehidupan sebagai sesuatu yang luhur, berharga, bermakna. Hidup, sakit, dan mati bukanlah persoalan praktis laksana barang murah yang mudah dibuang, atau sekali pakai, dengan cara pandang keagamaan dan nalar verbal yang instrumental. Hidup dan mati itu sangat berharga dan harus bermakna,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menyatakan, Aisyiyah tidak akan pernah lelah memutus rantai penularan Covid-19, dan akan terus bergerak mengerahkan segala sumber daya yang dipunyai.
Di masa pandemi ini, sebutnya, Aisyiyah telah mengerahkan semua potensi organisasinya, begitu pula dengan kekuatan potensi pimpinan, kader, relawan, simpatisan dan amal usaha di bidang kesehatan. Ada puluhan Rumah Sakit Aisyiyah yang terlibat langsung dalam penanganan pasien terpapar Covid-19, sekaligus melakukan gerakan pencegahan.
(mus)