Mjnews.id – Kelangkaan gas elpiji 3 kg yang terjadi di berbagai daerah telah menimbulkan dampak serius bagi masyarakat, terutama rakyat kecil yang bergantung pada gas subsidi ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lebih tragis lagi, seorang ibu rumah tangga di Pamulang, Tangerang Selatan, dilaporkan meninggal dunia akibat kelelahan setelah antre berjam-jam untuk mendapatkan gas melon yang semakin sulit diperoleh.
Menurut Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Sulawesi Selatan, Al Hidayat Samsu, kejadian memilukan ini adalah alarm keras bagi pemerintah yang telah menerapkan kebijakan secara tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan kesiapan distribusi dan akses masyarakat kecil terhadap kebutuhan pokok mereka.
“Kebijakan yang melarang penjualan gas elpiji 3 kg di tingkat pengecer sejak 1 Februari 2025 telah memperburuk situasi, memaksa masyarakat antre panjang di pangkalan resmi dengan harapan mendapatkan gas yang semakin langka,” kata Al Hidayat Syamsu.
Penderitaan Rakyat Kecil
Tahun 2025 telah diawali dengan berbagai tantangan ekonomi yang kian menghimpit rakyat kecil. Kenaikan harga kebutuhan pokok, pengurangan subsidi, dan kebijakan energi yang tidak berpihak semakin menambah beban hidup masyarakat.
Kini, dengan kebijakan distribusi elpiji 3 kg yang berubah mendadak, rakyat kembali dipaksa untuk berjuang dalam antrean panjang demi memperoleh gas yang seharusnya menjadi hak mereka.
Ironisnya, Presiden selalu mengatakan bahwa rakyat adalah tuan di republik ini. Namun, realitas yang terjadi justru menunjukkan sebaliknya: rakyat harus berjuang mati-matian demi mendapatkan kebutuhan dasar yang seharusnya dijamin oleh negara.
“Kematian seorang ibu rumah tangga akibat antre gas bukan sekadar insiden biasa, tetapi cerminan nyata dari kegagalan kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil,” kata Al Hidayat Syamsu.