ReligiJawa Timur

Begini Cara PBNU Angkat Marwah Agama di Kancah Politik Global

338
×

Begini Cara PBNU Angkat Marwah Agama di Kancah Politik Global

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum Pbnu, Kh Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). (f/ltnu)

Mjnews.id – Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyebut fenomena hari ini agama tidak lagi menduduki posisi sentral dalam konsolidasi politik global. Berbeda dengan di masa lalu yang semuanya ketika mau melakukan konsolidasi politik atas dasar agama.

“Saat ini yang kita lihat dan alami, pertarungan nilai-nilai untuk konsolidasi tersebut. Dan pertarungan nilai-nilai itu saling bersaing di level gerakan sosial untuk mempromosikan nilai gagasan masing-masing. Tetapi yang memiliki pengaruh itu gagasan-gagasan atau nilai-nilai yang bersumber dari luar agama-agama,” ujar Gus Yahya saat membuka acara sosialisasi menuju ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC), di Surabaya, Kamis (15/6/2023).

ADVERTISEMENT

Banner Pemkab Muba

Pertanyaannya, kata Gus Yahya, di mana kedudukan agama di dalam konstruksi tersebut? Apakah agama punya nilai yang layak? Sejatinya, agama sangat memiliki nilai tersebut. Namun, bila boleh dikatakan, ia masih disibukkan dengan konflik, baik antar agama atau kelompok berbeda dalam lingkup satu agama.

“Karena sebagian besar konflik masih berkaitan dengan agama. Itu terbukti dengan 34 titik di dunia di mana PBB mengirimkan tentara perdamaian, 26 konfliknya adalah konflik agama,” ungkapnya.

“Saya sebagai Muslim atau pemeluk agama tidak terima bila agama hanya berperan di bagian pinggir, bukan di tempat yg utama atau sentral,” ujar Gus Yahya di forum yang dihadiri sejumlah pemuka lintas agama dan aliran yang ada di Indonesia itu.

Untuk itu, PBNU punya keyakinan untuk mengikhtiarkan sesuatu dalam mengatasi hal tersebut. Bahwa kalau agama ingin punya peran, maka agama harus mampu memecahkan masalah di antara mereka sendiri.

“Kalau Sunni dan Syi’ah bertempur terus, siapa yang percaya Islam itu memperjuangkan perdamaian,” kata dia.

Karena itu, yang ingin ditawarkan dengan ASEAN IIDC ini adalah wacana tentang pengalaman sejarah yang juga menjadi warisan peradaban bersama di lingkup kawasan Asia Pasifik. Yakni, sejarah kepemimpinan kerajaan Sriwijaya yang pusatnya di tepian Sungai Musi, Palembang.

“Peradabannya berhasil mempersatukan seluruh Nusantara dengan tetap mentolerir format-format politik masing-masing elemen di dalamnya,” kata dia.

Kami Hadir di Google News

ADVERTISEMENT