Mjnews.id – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengkritik pandangan pemerintah terhadap pernyataan International Monetary Fund (IMF) yang menilai kondisi ekonomi Indonesia cukup baik dan stabil dibandingkan dengan negara-negara lain.
LaNyalla berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak bangga dengan penilaian tersebut, melainkan melakukan introspeksi diri.
Menurut LaNyalla, indikator utama pertumbuhan ekonomi seharusnya didasarkan pada kesejahteraan masyarakat. Masih banyak masyarakat Indonesia yang menghadapi kesulitan dalam pemulihan dari dampak negatif pandemi Covid-19 dua tahun lalu.
“Sektor riil di masyarakat masih mengalami ketidakpastian, dengan pelaku-pelaku usaha baru yang menghadapi kendala signifikan, bahkan ada yang berakhir bangkrut,” ujar LaNyalla, Senin (22/5/2023).
LaNyalla menekankan bahwa gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) masih terjadi, dan sebagian masyarakat yang mencoba merintis usaha baru terpaksa menggunakan modal kredit. Jika usaha-usaha tersebut gagal, akan berdampak pada peningkatan angka NPL (Non-Performing Loans) perbankan di masa mendatang.
Menurut LaNyalla, ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum sehat di tingkat mikro, sehingga diperlukan upaya-upaya kongkrit dan kebijakan fiskal yang lebih kuat untuk mendorong aktivitas ekonomi.
LaNyalla juga mengkritik ketimpangan pertumbuhan ekonomi, di mana pemerintah seharusnya tidak hanya berfokus pada pertumbuhan tanpa memperhatikan pemerataan. Ia menekankan pentingnya memperhatikan sektor-sektor ekonomi lainnya agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada sektor tertentu.
Sebelumnya, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, menyebutkan bahwa Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang jauh di atas rata-rata pertumbuhan dunia dan masih terjaga dengan baik meskipun dalam situasi ketidakpastian.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kristalina dalam pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di KTT G7 di Hiroshima, Jepang, beberapa waktu yang lalu.
(dpd)